Kamis, 18 November 2010

seni kaligrafi

Seni Lukis Tunisia, Tidak Melulu Kaligrafi

 

 DESKRIPSI : SENI LUKIS DI TUNISIA

Jogja Gallery, Yogyakarta, 10-20 Februari 2007Kerjasama antara Kedutaan dan Konsul Kehormatan Republik Tunisia dengan Jogja Gallery, Yogyakarta

Generasi pertama perupa Tunisia mengenal seni modern melalui pendidikan yang mereka terima dari Sekolah Seni Murni di Tunisia mau pun di Eropa atau bahkan secara otodidak, hal ini kemudian lebih mengeksploitasi kelebihan natural yang mereka miliki. Situasi ini berkebalikan dengan pelukis Eropa, pelukis asli asal Eropa tidak diikuti oleh berbagai arus perkembangan seni yang diakibatkan oleh perang.

Sekelompok pelukis lulusan pendidikan seni di Tunisia, terdiri dari Ammar Farhat, Yahia Turki, Jelel Ben Abdallah, Abdelaziz Gorgi, Ali Bellagha… yang kami anggap sebagai sekelompok pelukis seni modern generasi pertama, terpilih sejak mereka mulai dengan bahasa plastis membawa nilai-nilai tradisional dan keasliannya. Dalam karya lukis mereka, sebuah visi kenangan tertentu berubah menjadi penanda berkenaan dengan perkembangan dunia yang semakin modern.

Bersama generasi kedua, di tahun ’60-an terlihat perkembangan sejumlah bakat-bakat muda dan ekspresi artistik plural. Generasi baru ini lebih mempunyai keterbukaan interpretasi eklektik atas seni lukis barat dan bereaksi menentang arus seni yang sebelumnya. Hal tersebut terjadi di dalam situasi yang sedikit antusias baik secara individu mau pun dalam sebuah kelompok. Di era ini dimana kami menemukan berbagai gambaran ekspresi seperti seni abstrak, figur-figur baru dan berbagai variannya.

Inovasi membawa mereka ke dalam “gelombang baru” untuk membentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil berawal di tahun 1963. Generasi ini ditandai dengan tendensi atas seni abstrak dan kaligrafi. Kelompok ini tidak keluar dari patronnya yang mana mereka pakai sebagai sumber inspirasi, bahkan di dalam dunia fashion seperti tanda dan simbol tradisional, atau dengan mengadaptasi kemungkinan yang tidak terbatas dari seni kaligrafi dan arsitektur Arab.

Memasuki generasi berikutnya, pelukis tahun ’70-an mengeksplorasi bidang mereka dimana dimungkinkan untuk menggunakan ekspresi spiritualnya. Perupa muda terdidik di Sekolah Seni Murni di Tunisia dan menghabiskan kurang atau lebih waktunya untuk tinggal di Perancis (untuk studi atau tinggal di kota pusat seni dunia yakni Paris), mereka mengolah misteri seni surealis atau bahkan berbagai hal di dunia yang mereka temui, berkaitan dengan pengembangan sisi personal dan pengalaman mereka masing-masing…

Mereka tak bukan adalah Rafik El Kamel, Abderazak Sahli, Guider Triki, Noureddine El Hani… Sepanjang tahun ’80-an, seni lukis di Tunisia menjadi saksi kemunculan berbagai eksperimen sementara menghindari abstraksi tertentu.

Generasi berikutnya, pada tahun 1987-1997, dimana pameran ini didedikasikan kepada mereka, memperluas ketertarikan atas bidang-bidang baru. Dari 20 perupa, kami telah menyeleksi sejumlah perupa laki-laki mau pun perempuan dimana kami anggap bisa merepresentasikan perupa muda dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Berikut nama perupa yang berhasil kami konfirmasi keikutsertaannya, yakni:

Ahmed Hajjeri Rachid Fakhfakh Lamine Sassi
Raouf Karray Meryem Bouderbala Feryal Lakhdhar

Bersama ini, kami juga hendak memperkenalkan bakat-bakat muda yang menjanjikan, khususnya perupa perempuan seperti Rym Karoui, Sonia Drij, Insaf Saada, Asma Mnaouer, Najoua Abdelmaksoud. Kita diminta mempelajari secara kronologis karya-karya dari para perupa yang berpartisipasi dalam pameran ini berdasarkan gaya mereka masing-masing.

Dalam sebuah perhelatan Universal Exhibition “Aichi 2005”, negara Tunisia mengikutsertakan 6 perupanya yang memiliki kesamaan umum dalam interpretasi personal mereka di segala aspek.

Kekayaan dan keragaman lukisan karya Abderrazak Sahli membawa kita ke dalam bentuk-bentuk dan warna labirin. Karyanya tidak berhenti memberi kejutan dan mengherankan kita dengan tema dan komposisinya melalui berbagai kekayaan warnanya, seperti yang termanifestasikan dalam dua karya yang diajukan untuk pameran ini dimana masing-masing merefleksikan kesatuan antara unsur air dan alam.

Rachid Fakhfakh dengan judul karyanya Homage to Earth – Fertile Land I dan II merepresentasikan kombinasi lengkap yang menggunakan bidang magis sebagai model untuk mengorganisasi dan bidang modul sebagai bentuk ekspresi. Sebenarnya ini dua variasi dari tema yang sama dimana menggunakan sebuah frame berdasar urutannya, yang terdiri dari 25 gambar, warna dari pasir dan beragam tekstur di atas bidang berukuran lebih dari satu meter.

Sementara Raouf Karray, karya lukisnya dikenal dari tanda, simbol dan terkadang kaligrafi yang saling bertabrakan satu dengan yang lainnya melalui tekanan dan warna yang kuat , dimana menarik perhatian mata kita untuk tidak meninggalkan setiap detail dalam sebuah ruang inspirasi yang diwariskan dari leluhurnya. Dalam karya yang dipamerkan kita menemukan perbedaan gaya, sebagai sebuah komunikasi atas pesan yang berkaitan dengan energi dan proteksi atas alam.

Elemen arsitektural merupakan titik pijak perjalanan artistik dari perupa Hatem Gharbi. Tujuannya adalah meniru secara alamiah dengan men-setting benda-benda yang berkaitan secara esensial dengan batu dan relief yang diekspos secara puitis dan sunyi. Kepekaan yang lebih baik bisa dilakukan melalui sebuah komunikasi. Di dalam karyanya, gelombang merupakan elemen komunikasi dimana lingkaran konsentris akhirnya adalah bunga matahari. Namun ketika bumi ingin menyampaikan pesannya kepada kita, apakah kira-kira yang akan dia sampaikan?

Didalam karya abstraknya yang selalu menampilkan alam sebagai elemen terkini, Asma M’Naouar mengembangkannya melalui penempatan intens atas materi dan warna terutama merah dan echre. Karya-karya yang dia ajukan membuka keterpesonaan kita atas alam dengan lampu yang didampingi dengan teknik kikisan, memperlihatkan kepekaan kita atas landsekap melalui sentuhan semangat warna-warnanya.


Lukisan karya Najoua Abdelmaksoud adalah transposisi personalnya dari berbagai elemen seperti karakter, pemandangan dari jalan, arsitektur dimana merupakan turunan dari sebuah perencanaan dan deformasi dari sebentuk proporsi yang tepat untuk sebuah gaya dari seorang seniman. Karya yang dipamerkan dalam pameran ini adalah gambaran ucapan terima kasih alam atas intervasi manusia dalam usahanya menciptakan alam yang bersih dan sehat.


Terjemahan bebas diambil dari sinopsis “Painting in Tunisia” yang dipublikasikan oleh the Embassy of Tunisia, Jakarta. Image karya Hajjeri Ahmed, She's surprising me, 120x122 cm, acrylic on canvas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar